HAKIKAT DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi Ilmu pendidikan islam
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Muhaimin, MA.
Disusun Oleh :
1. Muh. Hendra .F ( 09110125 )
Kelas: G
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
OKTOBER, 2010
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah penulis bersukur pada Allah SWT, karena hanya dengan bimbingan dan petunjuk-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Meskipun sudah cukup banyak ditulis makalah tentang hakikat dan fungsi pendidikan islam dengan berbagai fariasinya, namun seiring dengan perkembangan dunia pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknilogi, maka pada dasarnya kebutuhan akan literatur pembelajaran tentunya juga terus bertambah dengan makalah ini. Makalah tentang hakikat dan fungsi pendidikan islam menjelaskan pemikiran tentang pengartian, hakikat,fungsi pendidikan islam semoga makalah ini dapat memberi manfaat baru bagi para pembaca. Khususnya yang berubungan dengan ilmu pendidikan islam . Akhirnya, penulis bertrimakasi kepada semua pihak yang teleh memberikan dorongan dan semangat kepada penulis terutama kepada bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, MA. .Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah pada kita semua.Amien
Malang, 17 Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….…….……..……i
DAFTAR ISI……………………………………………..………….….…..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………….……….….........1
1.1 Latar Belakang………………………………………….…….….....1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….…….…...…2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………….…….,….2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….…….….3
2.1 Pengertian pendidikan islam …..………………...…..………..…..3
2.2 Hakikat pendidikan islam ……………………..……………......…4
2.3 Fungsi pendidikan islam..…………………….…………...…….….7
2.4 Sumbangan Hakikat Pendidikan Islam bagi Pengembangan
Pendidikan di Indonesia …………………………………...…...….11
BAB III PENUTUP……………………………………………………...….18
3.1 Kesimpulan……………………………………………………..…...18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...…..20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disadari bahwa pendidikan sangatlah penting, karena dari sanalah ditentukan kualitas sumber daya manusia. Dalam Islam, pendidikan diarahkan bagi terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian Islam yang tercermin dalam cara berfikir dan berperilaku yang berlandaskan pada ajaran Islam, memahami tsaqafah Islam dan menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan keahlian). Sumber daya manusia yang bermutu merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang baik.
Dan sumberdaya yang buruk secara pasti akan melahirkan masyarakat yang buruk pula. Negara bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan yang baik bagi seluruh
rakyat, menyediakan sarana prasarana yang memadai, guru yang berkualitas dan biaya operasional, terutama mengarahkan agar sistem pendidikan yang diselenggarakan mampu mewujudkan tujuan pendidikan. Maka, peraturan perundang-undangan yang ada harus mampu mengatur agar sistem pendidikan yang ada benar-benar menjamin bahwa arah pendidikan berjalan secara benar.
Bertolak dari semua itu, makalah ini mencoba untuk mengkaji tentang salah satu unsur proses pendidikan, yaitu mengenai hakikat metode pendidikan. Dalam hal ini kami akan membahas tentang pentingnya sebuah metode dalam pendidikan agar mencapai suatu tujuan sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan. Ada sebuah pernyataan bahwa “metode lebih utama dari pada materi” karena metode itu bagaikan roh, sedangkan materi adalah raganya. Apa gunanya kemapanan sebuah materi tanpa disertai dengan cara (metode) yang baik dalam penyampaiannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang muncul adalah:
1. Pengertian pendidikan islam ?
2. Hakikat pendidikan islam ?
3. Fungsi pendidikan islam ?
4. Sumbangan Hakikat Pendidikan Islam bagi Pengembangan Pendidikan di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian pendidikan islam
2. Untuk mengetahui Hakikat pendidikan islam
3. Untuk mengetahui Fungsi pendidikan islam
4. Untuk mengetahui Sumbangan Hakikat Pendidikan Islam bagi Pengembangan Pendidikan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan islam
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmania juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan melalui proses demi proses kearah tujuan akhir dari perkembangan tersebut.
Beberapa ahli pendidikan barat yang memberikan arti pendidikan adalah :
1. Mortimer J. Adle mengartikan : Pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperolah) yang dapat mempengaruhi pembiasaan, disempurnakan dengan pembiasaan–pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik untuk mencapai tujuan.
2. Herman H. Horne berpendapat : Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dan berinteraksi dengan alam sekitar, dengan sesama manusia.
3. William Mc Gucken, SJ. Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat, bahwa pendidikan diartikan oleh ahli scholastic, sebagai suatu perkembangan dan kelengkapan dari kemapuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individu atau social untuk mencapai tujuan akhir.
Bila definisi yang telah disebut diatas dikaitkan dengan pendidikan Islam,akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangn hidup manusia.
Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam hidup pribadinya atau hidup kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.
2.2 Hakikat pendidikan islam
Didikan yang diterima dari kecil, pergaulan selama ini dengan orang-orang di sekelilingnya, telah memberikan bekas kepada jiwanya, bahwa tidak ada yang lain, pokok dan tujuan hidup yang sebenarnya selain dari wetesnschap. Dikurban segenap tenaga, ditumbuhkan seluruh cita-citanya kepada wetenschap sampai dia menginjak tingkatan yang tinggi dalam ilmu pendidikan.
Kata “Islam” dalam “ Pendidikan Islam” menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, jelas pertanyaan yang hendak dijawab ialanh: “Apa hakekat pendidikan itu menurut Islam?” Untuk menjawab pertanyaan ini lebih dahulu dibahas defenisi pendidikan itu menurut para pakar, setelah itu dibahas apakah pendidikan itu menurut Islam. Pembahasan tentang apa pendidikan itu menurut islam terutama didasarkan menurut keterangan al-Quran dan Hadis, kadang-kadang di ambil juga meurut para pakar pendidikan Islam. Pembahasn itu tentulah agak berbau filsafat, suatu hal yang sulit di hindari.
Marimba (1989: 19) menyatakn bahwa: “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya keperibadian yang utama”.
Memeng benar, defenisi itu baik, mudah dipahami, secara relative mudah dijabarkan menjadi tujun-tujuan pendidikan. Akan tetapi, sebenarnya definisi itu masi terlalu sempit, belum mencangkup seluruh kegiatan yang disebut pendidikan. Disana dikatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan tehadap… dan seterusnya. Jadi, pendidikan itu terbatas pada kegiatan pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa orang; jadi ada orang yang mendidik. Pertanyaannya, misalnya: Bagaimana bila bimbingan itu oleh diri sendiri? Bagaiman bila bimbingan itu oleh alam sekitar? Apakah tidak disebut pendidikan seandainya bimbingan itu dilakukan oleh kebudayaan dan sebagainya? Dan bagaiman bila yang membimbing itu yang gaib? Apakah semuanya itu bukan pendidikan? Inilah yang dimaksud sempit tadi. Dengan mengajukan pertanyaan tersebut bukan berarti saya ingin memfilsafatkan pendidikan. Pertanyaan itu sesuatu yang real saja. Kenyataannya ialah dalam proses yang menuju perkembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh orang lain; dia juga menerima pengaruh (entah bimbingan, entah bukan, tidak menjadi soal)dari selain manusia. Itu dapat di terima dari kebudayaan, alam fisik dan lain-lainnya. [1]
Bagai mana dengan definisi marimba tadi? Definisi itu baik tetapi belum mencangkup semua yang kita kenal sebagai pendidikan. Definisi itu mencukupi bila kita membatasi pendidikan hanyalah yang berupa pengaruh seseorang kepada orang lain, dengan sengaja (sadar). Pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, tidak kita masukan dalam pendidikan. Pengaruh-pengaruh yang disebut terakhir ini kita sebut pengaruh saja, bukan pendidikan. Jadi, pengaruh dari orang kita sebut pendidikan, sedangkan pengaruh dari selain orang kita sebut pengaruh saja.
Pengertian seperti apakah yang akan anda ambil? Karena itu semua akan kembali lagi apda anada. Disamping itu juga kita memaknai pendidikan tidaklah sedikit dan bermacam-macam sebagaimana, salah satunya yang disampikan Tafsir (2010:25), menyatakan bahwa: “pertama, definisi yang luas kita ambil dalam pengertian yang sempit. Jika menempuh jalan ini, kita harus selalu mengatakan dalam arti yang luas atau dalam arti yang sempit; kita tidak dapat mengatakan “pendidikan” begitu saja. Kedua, kita ambil satu saja, bila menyebut “pendidikan”, selalu yang kita maksud adalah arti yang luas itu, dan itulah semua pendidikan”.
Dijelaskan oleh Konferensi International Pendidikan islam Pertama (First World Conference on Muslim Education) yang diselenggarakan oleh universitas King Abdul Azzis, Jedah, pada tahun 1977, belum berhasil membuat rumusan definisi pendidikan Islam. Dalam bagian “Rekomendasi” Koperensi tersebut, para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pendidikan Islam ialah keselurhan yang mengandung di dalam istilah ta’lim, tarbiyyah dan ta’dip.
Berdasarkan ketiga kata itu, Abdurrahman al-Bani (lihat Al-Nahl: 32),
tûïÏ%©!$# ãNßg9©ùuqtGs? èps3Í´¯»n=yJø9$# tûüÎ6Íh‹sÛ šcqä9qà)tƒ íO»n=y™ ãNä3ø‹n=tæ (#qè=äz÷Š$# sp¨Yyfø9$# $yJÎ/ óOçFYä. tbqè=yJ÷ès? ÇÌËÈ
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang Telah kamu kerjakan".
menyimpulkan bahwa: “pendidikan (tarbiyyah) terdiri atas empat unsure, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak hingga dewasa (balig); kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengalahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan (rupanya ia membedakan antara fitrah dan potensi); keempat, dilaksanakan secara bertahap”. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam”.
2.3 Fungsi pendidikan islam
Jika kita membicarak masalah fungsi pendidikan Islam, maka kita harus mengetahui, apa tujuan pendidikan Islam? Islam menghendaki agar manusia dididik agar ia mampu merealisasika tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Ini diketahui dari ayat 56 surat al-Dzariyah:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ
Artinya :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Tafsir (2010:47) menjelaskan bahwa: “ibadah itu mempunayi dua aspek: pertama,apa yang tercantum dalam rukun Islam seperti yang disebutkan didalam hadis yang diriwayatkan baik imam Bukhari maupun imam Muslim,yang berisi rukun Islam yang lima. Aspek ibadah ini merupakan kewajiban orang Islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Dan beberapa orang diantara muslim harus ada yang tidak mempelajari sekedarnya saja, tetapi harus mempelajari luas dan dalam. Ini di sebutkan dalam surat al-Taubah ayat 122, yang berbunyi:
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rã�ÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù t�xÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%ö�Ïù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 ’Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râ‘É‹YãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u‘ öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâ‘x‹øts† ÇÊËËÈ
Artinya :
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara kalian beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali (dari peperangan) supanya mereka dapat menjaga dirinya.
Aspek ibadah yang kedua, aspek amal untuk mencari rezeki. Disebutkan di dalam ayat 15 surat al-Muluk, yang berbunyi:
uqèd “Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚö‘F{$# Zwqä9sŒ (#qà±øB$$sù ’Îû $pkÈ:Ï.$uZtB (#qè=ä.ur `ÏB ¾ÏmÏ%ø—Íh‘ ( Ïmø‹s9Î)ur â‘qà±–Y9$# ÇÊÎÈ
Artinya :
Dia menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah kesegala penjurunya, dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya, dan hanya kepdan-Nyalah kalian kembali.
”[2]Tafsir (2008:79), menyatakan bahwa: “ fungsi pendidikan islam ialah lulusan yang merupakan manusia terbaik. Cirinya cukup dua saja yaitu: pertama, mampu hidup tenang. Dan kedua, produktif dalam kehidupan bersama. Cukup dua ciri itu masi terlalu umum sehingga program pendidikan agak sulit di disain untuk mencpai dua fungsi itu. Jika di rinci lebih jauh maka kita akan memiliki tiga ciri sebagai berikut. Pertama,badan sehat serta kuat. Kedua. Otaknya cerdas serta pandai. Ketiga, lulusan mesti beriman kuat.”
Dengan tiga modal dasar itu lulusan hidup tenang dan produktif. Keimanan yang kuat akan memberikan kemampuan mengendalikan diri yang tinggi. Banyak orang yang tidak tenang hidupnya karena gara-gara kurang mampu mengendalikan diri. Dengan otak cerdas ia akan mampu menyelesaikan masalah demi masalah yang akan di hadapinya. Dengan badan yang sehat dan kuat lulusan akan mampu mengerjakan tugas-tugasnya. Dengan iman yang kuat lulusanitu akan tahin banting.
Karektaristik berikut merupakan rincian lebih lanjut dari tiga karakter tadi. Pertama,lulusan berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi akan muncul apabila ada iman yangmkuat danpengetahuan mencukupi tentang itu. Disiplin tinggi adalah sikap mental yang ditandai adanya konsistensi yang tinggi.
Kedua, lulusan memiliki sifat jujur. Sifat ini merupakan turunan dari hati yang penuh iman. Jujur barulah terujud jika orang mampu jujur terhadap diri sendiri.
Ketiga, lulusan kreatif. Hanya orang yang kreatif yang mampu melakukan inovasi. Orang yang kreatif –dengan sendirinya inovasif- selalu tidak puas dengan setatus quo. Orang ini selalu gelisah, maka ia selalu mencari
Keempat, tidak mudah putus asa.ia memiliki jiwa bushido: menyerah pada saat kematian. Kebanyakan orang sanggup mencoba tiga kali. Bila telah dicoba tiga kli, tetapi gagal terus, maka ia berkata “agaknya takdir saya tidak disini” ia tidak akan mencoba yang keempat kalinya.
Kelima, mempunyai daya saing yang tinggi. Pada aspek sikologis, ia harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pada aspek kemampuan, ia harus benar-benar profisional dalam bidang tertentu.
Keenam, mampu hisdup berdampingan dengan orang lain. Pada jaman ini, batas-batas geografis dan batas budaya sudah tidak ada. Orang akan selalu kontak dengan orang lain, langsung maupun tidak langsung. Bila seseorang kurang mampu menghormati orang lain yang berbeda dengan dia maka ia akan mengalami kesulitan dalam bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan menghargai peradaban (harus memiliki toleransi yang tinggi).
Ketujuh, demokratis, orang yang menganut agama yang kuat dibarengi fanatisme yang tinggi, seringkali kurang demokratis. Baginya diperlukan penafsiran teks agama yang sesuai, atau ia ingin membatasi jaringan kerja yang akan ia masuki.sikap demokrtis ini berhubungan dengan sikap toleransi.
Kedelapan, menghargai waktu. Bagi orang yang beriman kuat, menghargai waktu tentulah amat mudah. Tetapi ng dimaksud disini adalah menghargai waktu orang lain. Orang yang telah hidup dengan disiplinotomatis akan menghargai waktu sesuai yang dimaksud berikut itu.
Kesembilan, memiliki kemampuan pengendalian diri. Seseorang harus memiliki EQ yang tinggi. Kecerdasan intelektual (IQ) tidak dapat di tingkatkan, kecerdasan emosi (EQ) dapat ditingkatkan. EQ dapat di tingkatkan setingkat malaikat dan juga bias diturunkan setingkat hewan bahkan bias lebih rendah, cara terbaik meningkatkan EQ ialah dengan cara pendidikan agama.
2.4 Sumbangan Hakikat Pendidikan Islam bagi Pengembangan Pendidikan di Indonesia
Diakui atau tidak, kualitas kepribadian anak didik kita belakangan ini kian memprihatinkan. Maraknya tawuran antar remaja di berbagai kota ditambah dengan sejumlah perilaku mereka yang cenderung anarkis, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, dan suburnya pergaulan bebas di kalangan mereka adalah bukti bahwa pendidikan kita telah gagal membentuk akhlak anak didik. Pendidikan kita selama ini memang telah melahirkan alumnus yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan formal yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan yang ada tidak berhasil menanamkan nilai-nilai kebajikan. Kita lihat berapa banyak lulusan pendidikan memiliki kepribadian yang justru merusak diri mereka. Tampak dunia pendidikan di Indonesia masih dipenuhi kemunafikan karena yang dikejar hanya gelar dan angka. Bukan hal mendasar yang membawa peserta didik pada kesadaran penuh untuk mencari ilmu pengetahuan dalam menjalani realitas kehidupan. Pendidikan semacam itu tidak terjadi di negeri ini sebab orientasinya semata-mata sebagai sarana mencari kerja. Kenyataannya yang dianggap sukses dalam pendidikan adalah mereka yang dengan sertifikat kelulusannya berhasil menduduki posisi pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi. sementara nilai-nilai akhlak dan budi pekerti menjadi `barang langka’ bagi dunia pendidikan. [3]
Melihat fenomena di atas, pendidikan Islam berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pada diri manusia, maka sangat urgen sekali untuk memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagiaan dunia dan akhirat, maka pandangan Islam tentang manusia antara lain:
Pertama, konsep Islam tentang manusia, khsusunya anak, sebagai subyek didik, yaitu sesuai dengan Hadits Rasulullah, bahwa “anak manusia” dilahirkan dalam fitrah atau dengan “potensi” tertentu. Dalam al-Qur'an, dikatakan “tegakkan dirimu pada agama dengan tulus dan mantap, agama yang cocok dengan fitrah manusia yang digariskan oleh Allah. Tak ada perubahan pada ketetapan-Nya.....(ar-Rum : 30).
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $Zÿ‹ÏZym 4 |Nt�ôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# t�sÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏ‰ö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 š�Ï9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$# ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Artinya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Dengan demikian, manusia pada mulanya dilahirkan dengan “membawa potensi” yang perlu dikembangkan dalam dan oleh lingkungannya. Pandangan ini, “berbeda dengan teori tabularasa yang menganggap anak menerima “secara pasif” pengaruh lingkungannya, sedangkan konsep fitrah mengandung “potensi bawaan” aktif (innate patentials, innate tendencies) yang telah di berikan kepada setiap manusia oleh Allah. Bahkan dalam al-Quran, sebenarnya sebelum manusia dilahirkan telah mengadakan “transaksi” atau “perjanjian” dengan Allah yaitu mengakui keesaan Tuhan, firman Allah surat al-A’raf : 172,
øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJƒÍh‘èŒ öNèdy‰pkôr&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/t�Î/ ( (#qä9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
Artinya :
"Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka dan menyuruh agar mereka bersaksi atas diri sendiri; "Bukankah Aku Tuhanmu?" firman Allah. Mereka menjawab; "ya kami bersaksi" yang demikian agar kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak, "kami tidak mengetahui hal ini”.
Apabila kita memperhatikan ayat ini, memberi gambaran bahwa setiap anak yang lahir telah membawa “potensi keimanan” terhadap Allah atau disebut dengan “tauhid”. Sedangakan potensi bawaan yang lain misalnya potensi fisik dan intelegensi atau kecerdasan akal dengan segala kemungkinan dan keterbatasannya.
Selain itu, dalam al-Qur'an banyak dijumpai ayat-ayat yang menggambarkan sifat-sifat hakiki manusia yang mempunyai implikasi baik terhadap tujuan maupun cara pengarahan perkembangannya. Misalnya saja: tentang tanggung jawab, bahwa manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi juga potensi untuk bertanggung jawab atas perbuatannya dan sesuai dengan tingkat kemampuan daya pikul seseorang menurut kodrat atau fitrah-nya. Selain itu juga manusia pada hakikat dan menurut kejadiannya bersedia dan sanggup memikul amanah (pada al-Ahzab : 72).
$¯RÎ) $oYôÊt�tã sptR$tBF{$# ’n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts† z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ
Artinya :
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
Di samping itu, hal yang juga penting implikasinya bagi pendidikan adalah tanggung jawab yang ada pada manusia bersifat pribadi, artinya tidaklah seseorang dapat memikul beban orang lain, beban itu dipikul sendiri tanpa melibatkan orang lain (pada Faathir:18).
$yJ¯RÎ) â‘É‹Zè? tûïÏ%©!$# šcöqt±øƒs† Nåk®5u‘ Í=ø‹tóø9$$Î/ (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# 4 `tBur 4’ª1t“s? $yJ¯RÎ*sù 4’ª1u”tItƒ ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 4 ’n<Î)ur «!$# çŽ�ÅÁyJø9$# ÇÊÑÈ
Artinya :
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan Hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).
Sifat lain yang ada pada manusia adalah manusia diberi oleh Allah kemampuan al-bayan (fasih perkataan - kesadaran nurani) yaitu daya untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik (pada ar-Rahman:3-4).
Yn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ çmyJ¯=tã tb$u‹t6ø9$# ÇÍÈ
Artinya :
Dia menciptakan manusia. 03. Mengajarnya pandai berbicara. 04
Pada hadits Rasulullah, "barang siapa ingin mencapai kebahagian dunia harus ditempuh dengan ilmu dan barang siapa yang mencari kebahagiaan akhirat juga harus dengan ilmu, dan barang siapa yang mencari keduanya juga harus dengan ilmu”. Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa tugas dan fungsi pendidikan adalah mengarahkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada seseorang seoptimal mungkin sehingga ia berkembang menjadi seorang muslim yang baik.
Kedua, peranan pendidikan atau pengarah perkembangan. Potensi manusia yang dibawah sejak dari lahir itu bukan hanya bisa dikembangkan dalam lingkungan tetapi juga hanya bisa berkembang secara terarah bila dengan bantuan orang lain atau pendidik. Dengan demikian, tugas pendidik mengarahkan segala potensi subyek didik seoptimal mungkin agar ia dapat memikul amanah dan tanggung jawabnya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, sesuai dengan profil manusia Muslim yang baik.
Ketiga, profil manusia Muslim. Profil dasar seorang Muslim yang baik adalah ketaqwaan kepada Allah. Dengan demikian, perkembangan anak haruslah secara sengaja diarahkan kepada pembentukan ketaqwaan.
Keempat, metodologi pendidikan. Metodologi diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang, khususnya pada proses belajar-mengajar. Maka, pandangan bahwa seseorang dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan dengan itu ia mampu berkembang secara aktif dalam lingkungannya, mempunyai implikasi bahwa proses belajar-mengajar harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif (student active learning). Jadi, dari pandangan di atas, pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dengan membawa “potensi bawaan” seperti potensi “keimanan”, potensi untuk memikul amanah dan tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Karena dengan potensi ini, manusia mampu berkembang secara aktif dan interaktif denga lingkungannya dan dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim yang mampu menjadi khalifah dan mengabdi kepada Allah.[4]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperolah) yang dapat mempengaruhi pembiasaan, disempurnakan dengan pembiasaan–pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik untuk mencapai tujuan.
2. Hakikat pendidikan islam
Kata “Islam” dalam “ Pendidikan Islam” menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, jelas pertanyaan yang hendak dijawab ialanh: “Apa hakekat pendidikan itu menurut Islam?” Untuk menjawab pertanyaan ini lebih dahulu dibahas defenisi pendidikan itu menurut para pakar, setelah itu dibahas apakah pendidikan itu menurut Islam. Pembahasan tentang apa pendidikan itu menurut islam terutama didasarkan menurut keterangan al-Quran dan Hadis, kadang-kadang di ambil juga meurut para pakar pendidikan Islam. Pembahasn itu tentulah agak berbau filsafat, suatu hal yang sulit di hindari.
3. Fungsi pendidikan islam
lulusan yang merupakan manusia terbaik. Cirinya cukup dua saja yaitu: pertama, mampu hidup tenang. Dan kedua, produktif dalam kehidupan bersama. Cukup dua ciri itu masi terlalu umum sehingga program pendidikan agak sulit di disain untuk mencpai dua fungsi itu. Jika di rinci lebih jauh maka kita akan memiliki tiga ciri sebagai berikut. Pertama,badan sehat serta kuat. Kedua. Otaknya cerdas serta pandai. Ketiga, lulusan mesti beriman kuat.”
4. Sumbangan Hakikat Pendidikan Islam bagi Pengembangan Pendidikan di Indonesia
pendidikan Islam berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran pada diri manusia, maka sangat urgen sekali untuk memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia sebagai makhluk yang diproses kearah kebahagiaan dunia dan akhirat, maka pandangan Islam tentang manusia antara lain: Pertama, konsep Islam tentang manusia, khsusunya anak, sebagai subyek didik, yaitu sesuai dengan Hadits Rasulullah, bahwa “anak manusia” dilahirkan dalam fitrah atau dengan “potensi” tertentu. Dalam al-Qur'an, dikatakan “tegakkan dirimu pada agama dengan tulus dan mantap, agama yang cocok dengan fitrah manusia yang digariskan oleh Allah. Tak ada perubahan pada ketetapan-Nya
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia, Jakarta : 2008
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam ( IPI ). Pustaka Setia, Jakarta : 1995
Langgulung Hasan, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1992)
Karim, M. Rusli, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia, dalam Buku Pendidikan Islam di Indonesia antara Citra dan Fakta, Editor : Muslih Usa, Cet. Pertama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991)
Muhadjir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan, Edisi IV, Cet. I. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987)
[1] Langgulung Hasan, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1992) Hal 52
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.( Kalam Mulia, Jakarta 2008 ) Hal 76
[3] Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam. ( Pustaka Setia, Jakarta 1995 ) Hal 128
[4] Muhadjir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987) Hal 56
0 komentar:
Posting Komentar